Halo, teman-teman semua! Apa kabar? Pasti di antara kalian banyak banget yang punya impian buat solo traveling ke luar negeri, kan? Apalagi buat kita mahasiswa yang budgetnya sering mepet, rasanya itu kayak mimpi di siang bolong. Tapi, percaya nggak percaya, aku berhasil wujudin mimpi itu lho! Aku solo traveling ke Korea Selatan, negeri K-Pop dan drama, dengan budget yang super hemat. Gimana caranya? Yuk, sini aku ceritain pengalaman seru (dan sedikit deg-degan) ini dari awal sampai akhir. Siapa tahu bisa jadi inspirasi buat kalian!
Kenapa Solo Traveling ke Korea?
Jujur, dari dulu aku itu tipe orang yang suka banget sama tantangan dan pengen eksplorasi hal baru. Ide solo traveling ke luar negeri ini udah lama banget nongkrong di kepala. Kenapa? Karena aku pengen buktiin ke diri sendiri kalau aku bisa mandiri, bisa mengatasi masalah sendiri, dan bisa banget menikmati perjalanan tanpa harus bergantung sama orang lain. Apalagi pas lihat teman-teman di media sosial pada liburan ke luar negeri bareng temen-temennya, aku mikir, “Masa iya aku yang hobi banget jalan-jalan cuma bisa di Indonesia doang?”
Nah, Korea Selatan itu udah jadi wishlist nomor satu sejak lama banget. Udah kecanduan K-Drama, K-Pop, sampai ke street food-nya yang bikin ngiler. Awalnya mikir, “Ah, pasti mahal banget nih ke Korea.” Tapi, semangat petualangku lebih besar dari rasa takut bokek! Akhirnya aku nekat deh.
Sebelum berangkat, rasanya campur aduk banget. Ada deg-degan parah, takut nyasar, takut bahasa, takut sendirian. Tapi, excited-nya jauh lebih gede! Aku bayangin bisa jalan-jalan di tempat syuting drama favorit, jajan street food yang cuma ada di drama, dan ngerasain langsung suasana Korea yang selama ini cuma bisa aku lihat dari layar kaca. Pokoknya, perasaan ini tuh kayak mau ujian skripsi tapi udah optimis bakal lulus dengan nilai A!
Persiapan Solo Traveling Hemat: Modal Nekat, Otak Encer, dan Internet Kenceng
Ini bagian paling krusial buat kalian yang pengen solo traveling dengan budget ala mahasiswa. Persiapan yang matang itu kunci suksesnya, apalagi kalau mau irit!
Riset Tiket Pesawat Murah: Berburu Harta Karun di Udara
Tips pertama dan paling utama: Fleksibel sama tanggal! Ini adalah mantra wajib buat para pemburu tiket murah. Aku pantengin banget aplikasi kayak Skyscanner, Traveloka, atau Google Flights. Jangan cuma sekali cek, tapi cek berkali-kali di jam yang berbeda, hari yang berbeda, bahkan bulan yang berbeda. Aku biasanya coba cari tiket di low season (musim sepi turis) karena harganya jauh lebih bersahabat. Hindari libur panjang, ya!
Waktu itu, aku dapat tiket PP Jakarta-Seoul cuma sekitar Rp 3 jutaan pakai maskapai low cost carrier. Caranya? Aku rajin banget ngecek promo mendadak, ikutin akun-akun travel deal, dan nggak takut terbang di hari kerja. Kadang, terbang di hari Selasa atau Rabu itu jauh lebih murah dibanding weekend. Pokoknya, sabar dan teliti itu penting banget. Anggap aja lagi berburu diskon gede-gedean di online shop!
Booking Hostel/Hotel Budget: Nyaman Itu Nggak Harus Mahal
Setelah tiket aman, lanjut ke penginapan. Karena aku solo traveler dan budgetnya mepet, pilihanku jatuh ke hostel. Bukan hotel mewah, tapi hostel yang punya dorm room (kamar asrama). Ini jauh lebih hemat karena kita cuma bayar per ranjang, bukan per kamar.
Aku cari hostel di aplikasi kayak Booking.com atau Agoda. Kriteriaku:
-
- Lokasi strategis: Dekat stasiun subway atau halte bus, biar gampang kemana-mana dan hemat ongkos taksi.
- Rating bagus: Minimal 8.0 ke atas, biar yakin tempatnya bersih dan pelayanannya oke.
- Fasilitas memadai: Ada dapur umum (penting buat masak sarapan atau mi instan biar makin hemat!), kamar mandi bersih, loker aman, dan WiFi kenceng. Beberapa hostel bahkan nyediain sarapan gratis, lho!
Aku nginep di salah satu hostel di daerah Hongdae, Seoul. Harganya sekitar Rp 150.000-200.000 per malam. Lumayan banget kan? Walaupun tidur di bunk bed bareng orang asing, justru itu jadi pengalaman seru! Kadang bisa kenalan sama traveler dari negara lain. Rasanya kayak lagi di film-film coming-of-age, haha!
Persiapan Dokumen: Paspor, Visa, dan Asuransi Perjalanan
Ini bagian yang paling bikin jantungan, apalagi kalau baru pertama kali.
-
- Paspor: Pastikan masa berlakunya minimal 6 bulan sebelum tanggal kepulangan, ya! Cek baik-baik biar nggak zonk di bandara.
- Visa: Nah, untuk Korea Selatan, WNI itu perlu visa. Prosesnya nggak susah-susah banget kok, asal dokumen lengkap. Aku urus sendiri ke Kedutaan Besar Korea di Jakarta. Siapin aja berkas-berkas kayak surat keterangan mahasiswa, rekening koran (penting buat nunjukkin kita punya dana), surat sponsor orang tua (kalau mahasiswa), dan formulir aplikasi. Prosesnya lumayan cepat, sekitar seminggu kerja. Jangan lupa foto visa yang sesuai standar!
- Asuransi Perjalanan: Walaupun budgetnya minim, asuransi perjalanan ini penting banget lho! Ibaratnya, sedia payung sebelum hujan. Harga asuransi ini bervariasi, tapi banyak kok yang terjangkau. Pilih yang paling sesuai dengan durasi perjalanan dan coverage-nya. Lebih baik bayar sedikit di awal daripada kena musibah di negeri orang dan harus bayar mahal.
Pokoknya, semua dokumen aku scan dan simpan di cloud atau email, biar kalau ada apa-apa, ada cadangannya. Persiapan matang itu bikin hati tenang pas jalan.
Hari Pertama di Negeri Gingseng: Antara Panik dan Kagum
Pagi buta, aku udah siap di Bandara Soekarno-Hatta. Rasanya campur aduk. Excited banget, tapi juga sedikit panik karena ini pertama kalinya aku terbang sendirian sejauh ini. Begitu masuk pesawat, aku langsung cari tempat duduk dan mulai bayangin petualangan apa aja yang bakal aku alami. Perjalanan sekitar 7 jam itu aku isi dengan tidur, nonton film, dan sesekali ngobrol sama pramugari.
Akhirnya, pesawat mendarat mulus di Bandara Internasional Incheon (ICN), Seoul. Begitu keluar dari pesawat, aku langsung merasakan dinginnya udara Korea. Suasana bandara ini gede banget, modern, dan bersih! Sempat bingung sedikit pas mau ke imigrasi, tapi untungnya banyak petunjuk arah dalam bahasa Inggris. Proses imigrasi juga lancar, petugasnya ramah-ramah.
Setelah lolos imigrasi dan ambil bagasi, tantangan selanjutnya adalah mencari transportasi menuju hostel. Aku udah riset sebelumnya kalau dari Incheon ke Seoul bisa naik AREX (Airport Railroad Express) atau bus bandara. Tentu saja, aku pilih AREX karena lebih cepat dan (menurutku) lebih gampang buat pemula.
Aku langsung cari mesin penjual tiket AREX dan beli T-Money card. Ini kartu sakti buat transportasi umum di Korea! Mirip e-money kita, tinggal tap aja. Saldo T-Money bisa diisi ulang di minimarket atau stasiun subway. Lumayan banget buat hemat waktu dan nggak perlu beli tiket setiap kali naik. Begitu masuk kereta, aku cuma bisa senyum-senyum sendiri. “Aku beneran di Korea!” rasanya masih nggak percaya. Dari bandara ke Hongdae butuh waktu sekitar 45 menit. Sampai di stasiun Hongdae, aku sempat sedikit nyasar pas cari hostel, tapi untungnya Google Maps sangat membantu dan orang Korea lumayan ramah kalau ditanya. Akhirnya, sampai juga di hostel, check-in, dan siap eksplorasi!
Tips Transportasi Murah: Melangkah dan Melaju Tanpa Takut Bokek
Korea punya sistem transportasi umum yang juara banget! Ini salah satu alasan kenapa solo traveling di sana itu ramah kantong.
Subway dan Bus: Jaringan Super Luas dan Efisien
Selama di Korea, 90% perjalananku pakai subway dan bus. Jaringannya itu luas banget, nyambung ke mana-mana, dan jadwalnya on time. Harga sekali jalan sekitar 1.250 KRW (sekitar Rp 14.000, tergantung jarak). Ini jauh lebih hemat daripada naik taksi yang bisa berkali-kali lipat harganya.
- Subway: Ini favoritku! Stasiunnya bersih, ada petunjuk arah dalam bahasa Inggris, dan di dalam kereta juga ada peta rute. Aplikasi kayak KakaoMetro atau Naver Map sangat membantu buat ngecek rute terbaik dan estimasi waktu. Aku sering banget nyasar sedikit di awal, tapi lama-lama jadi jago pindah jalur dan cari exit stasiun.
- Bus: Aku pakai bus kalau tujuannya nggak terlalu jauh atau kalau mau lihat pemandangan kota. Sistemnya juga sama, tinggal tap T-Money. Busnya bersih dan sopirnya nyetir dengan hati-hati.
Pengalaman lucu naik subway, aku pernah salah masuk gerbong yang khusus lansia. Untungnya langsung sadar dan pindah. Atau pernah juga salah keluar exit stasiun, jadi harus muter lumayan jauh. Tapi justru itu yang bikin petualangan makin seru, kan?
Aplikasi Transportasi Online: Pilihan Terakhir Kalau Kepepet
Di Korea, aplikasi transportasi online yang paling populer adalah Kakao T. Mirip Grab atau Gojek kita. Tapi, jujur aja, aku hampir nggak pernah pakai ini karena tujuanku hemat. Harganya jauh lebih mahal daripada transportasi umum. Mungkin cuma kepakai kalau lagi buru-buru banget, atau kalau pulang kemalaman dan udah nggak ada subway.
Jalan Kaki: Cara Paling Hemat dan Penuh Kejutan
Ini dia jurus paling ampuh buat hemat sekaligus eksplorasi! Aku sering banget jalan kaki dari satu tempat ke tempat lain kalau jaraknya masih memungkinkan. Selain gratis, jalan kaki itu bikin kita bisa lihat lebih banyak hal yang mungkin nggak akan terlihat kalau naik transportasi. Aku nemu banyak hidden gems kayak kafe mungil yang lucu, toko buku bekas yang unik, atau taman-taman kecil yang asri, semua gara-gara jalan kaki.
Waktu itu, aku jalan kaki dari Gyeongbokgung Palace sampai ke Bukchon Hanok Village, terus lanjut ke Insadong. Lumayan jauh, sih, tapi pemandangannya indah dan udaranya sejuk. Nggak kerasa capeknya karena mata sibuk lihat-lihat. Jangan lupa pakai sepatu yang nyaman ya, biar kakinya nggak protes!
Pengalaman Kuliner Hemat: Surga Makanan Murah di Korea
Siapa bilang makan di Korea itu mahal? Justru, di sana banyak banget pilihan makanan enak dan murah meriah, apalagi kalau kamu tahu tempatnya!
Berburu Street Food, Food Court, dan Minimarket
Ini andalanku buat makan hemat:
- Street Food: Ini surganya makanan murah! Di mana-mana ada penjual street food. Aku sering banget jajan Tteokbokki (kue beras pedas), Odeng (sate oden), Kimbap (nasi gulung rumput laut), atau Hotteok (panekuk manis). Harganya mulai dari 2.000 KRW (sekitar Rp 23.000) sampai 5.000 KRW (sekitar Rp 57.000) per porsi. Ini bisa jadi pengganti makan siang atau makan malam yang mengenyangkan. Favoritku? Tteokbokki pedas manis yang bikin nagih!
- Food Court: Di mall atau department store, biasanya ada food court dengan berbagai pilihan makanan Korea dan Asia lainnya. Harganya lumayan terjangkau, sekitar 7.000-10.000 KRW (sekitar Rp 80.000-115.000) per porsi. Porsinya juga gede-gede, jadi bisa kenyang.
- Minimarket (Convenience Store): Ini penyelamat di kala lapar tengah malam atau pengen sarapan hemat. Minimarket kayak GS25, CU, atau 7-Eleven di Korea itu lengkap banget! Ada ramyun instan, kimbap, sandwich, telur rebus, kopi, sampai aneka camilan. Aku sering banget beli ramyun instan terus diseduh di sana (mereka nyediain air panas dan microwave), atau beli kimbap buat sarapan. Harganya murah meriah, ramyun cuma sekitar 1.000-2.000 KRW (Rp 11.500-23.000), kimbap sekitar 1.500-2.500 KRW (Rp 17.000-28.000). Lumayan banget buat nahan lapar!
Makanan Favorit yang Murah Meriah
Selain yang udah disebutin, aku juga suka banget beli:
- Gyeranppang (roti telur): Hangat, gurih, dan mengenyangkan. Harganya sekitar 1.000-2.000 KRW.
- Bibimbap di restoran lokal kecil: Kadang ada restoran yang punya menu spesial murah meriah. Harga sekitar 6.000-8.000 KRW (Rp 69.000-92.000). Cari yang ada tulisan “백반” (Baekban) atau “정식” (Jeongsik) yang artinya menu set makanan rumahan, biasanya lebih murah.
- Eomuk (fish cake): Mirip odeng, tapi ini versi pipih yang ditusuk sate. Cocok buat cemilan hangat di cuaca dingin.
Kalau dibandingkan dengan harga makanan di Indonesia, memang sedikit lebih mahal. Tapi, dengan strategi berburu street food dan manfaatin minimarket, pengeluaran makan bisa ditekan banget. Mungkin per hari aku cuma habis sekitar Rp 100.000-150.000 untuk makan, jauh lebih hemat daripada kalau makan di restoran turis.
Itinerary Hemat Hari Kedua & Ketiga: Jelajah Korea Tanpa Dompet Menangis
Ini dia inti dari perjalanan hematku: maksimalkan tempat wisata gratis atau murah! Korea punya banyak banget tempat indah yang nggak perlu bayar mahal.
Hari Kedua: Menyusuri Sejarah dan Keindahan Kota
Pagi-pagi setelah sarapan ramyun di minimarket dekat hostel, aku langsung meluncur ke Gyeongbokgung Palace. Ini istana utama di Seoul yang paling populer. Tiket masuknya lumayan murah, sekitar 3.000 KRW (sekitar Rp 34.000). Tips hemat: Kalau mau masuk gratis, bisa sewa atau pakai Hanbok (pakaian tradisional Korea). Banyak tempat sewa Hanbok di sekitar istana dengan harga terjangkau. Aku nggak sewa Hanbok karena pengen lebih leluasa gerak, tapi banyak banget turis yang pakai dan jadi spot foto lucu!
Setelah puas keliling istana, aku jalan kaki ke Bukchon Hanok Village. Ini perkampungan tradisional Korea dengan rumah-rumah hanok yang masih terawat. Masuknya gratis! Di sini aku bisa lihat arsitektur tradisional, jalanan berundak yang cantik, dan pemandangan kota Seoul dari atas. Banyak spot foto Instagramable di sini. Aku sempat minta tolong turis lain buat fotoin, dan mereka ramah banget!
Sorenya, aku lanjut ke Cheonggyecheon Stream. Ini sungai buatan yang membentang di tengah kota Seoul. Tempatnya adem, bersih, dan cocok buat jalan santai. Gratis lagi! Aku duduk-duduk di pinggir sungai, dengerin suara air, dan lihat orang-orang lokal yang lagi jalan-jalan. Rasanya damai banget. Malamnya, aku mampir ke Myeongdong buat lihat keramaian dan jajan street food lagi.
Hari Ketiga: Seni, Budaya, dan Pemandangan Kota
Hari ketiga, aku mulai dengan mengunjungi National Museum of Korea. Ini museum nasional terbesar di Korea, dan GRATIS masuknya! Koleksinya lengkap banget, dari zaman prasejarah sampai era modern. Aku bisa belajar banyak tentang sejarah dan budaya Korea di sini. Tempatnya luas banget, jadi siap-siap jalan kaki banyak ya!
Siangnya, aku pergi ke Namsan Park dan naik cable car (ini satu-satunya yang lumayan keluar uang banyak, sekitar 10.000 KRW PP, tapi pemandangannya worth it!) ke N Seoul Tower. Dari sini, pemandangan Seoul itu luar biasa indahnya! Aku bisa lihat seluruh kota dari ketinggian. Di sini juga ada gembok cinta yang ikonik. Aku cuma foto-foto dan nikmatin pemandangan aja, nggak beli gembok karena lagi solo traveling, haha! Tapi, banyak spot yang bagus buat foto pemandangan kota.
Pengalaman unik selama eksplorasi, aku pernah salah naik bus dan nyasar sampai ke daerah pemukiman penduduk yang sepi. Sempat panik dikit, tapi untungnya langsung sadar dan buru-buru turun. Akhirnya, aku jalan kaki lumayan jauh buat nyari stasiun subway terdekat. Tapi justru dari kejadian itu, aku jadi lebih berani dan belajar banyak hal. Aku juga sempat nyoba beli kopi di kafe lokal kecil dan ngobrol singkat sama barista pakai bahasa Inggris seadanya. Interaksi-interaksi kecil kayak gitu yang bikin perjalanan solo makin berkesan.
Hari Terakhir: Pulang dengan Segudang Cerita dan Oleh-Oleh Murah Meriah
Nggak kerasa, hari terakhir di Korea tiba. Rasanya sedih banget harus pulang, tapi juga puas karena udah berhasil mewujudkan impian solo traveling dengan budget hemat.
Belanja Oleh-Oleh Murah: Jangan Sampai Dompet Menjerit
Sebelum ke bandara, aku sempatin buat berburu oleh-oleh. Tipsnya: jangan belanja di toko oleh-oleh turis yang harganya mahal. Aku lebih pilih ke:
- Daiso: Ini toko serba ada kayak Miniso atau Ace Hardware, tapi versi Korea. Banyak banget barang lucu dan unik dengan harga 1.000-5.000 KRW. Aku beli alat tulis, masker wajah, dan pernak-pernik kecil buat teman-teman.
- Minimarket: Snack-snack Korea di minimarket itu murah dan enak! Aku borong beberapa bungkus biskuit Honey Butter Chip, Pepero, atau ramen instan buat oleh-oleh.
- Pasar Tradisional: Kalau ada waktu, mampir ke pasar kayak Namdaemun Market atau Gwangjang Market. Di sana bisa nawar dan banyak pilihan oleh-oleh makanan atau pakaian dengan harga lebih murah.
Aku nggak beli barang-barang branded atau merchandise K-Pop yang mahal. Fokusku cuma ke oleh-oleh yang unik dan murah, biar semua teman dan keluarga bisa kebagian.
Perasaan Saat Pulang: Puas, Rindu, dan Lebih Berani
Pas perjalanan pulang, rasanya campur aduk. Sedih karena harus ninggalin Korea, tapi juga puas banget karena berhasil menaklukkan tantangan solo traveling. Aku ngerasa jadi pribadi yang lebih berani, lebih mandiri, dan lebih percaya diri. Pengalaman ini benar-benar membentukku.
Hal yang paling berkesan dari perjalanan ini? Bukan cuma tempat-tempat wisatanya yang indah, tapi justru prosesnya. Dari mulai riset tiket, ngurus visa, sampai akhirnya bisa jalan-jalan sendirian di negeri orang. Momen-momen kecil kayak bisa nemuin jalan sendiri setelah nyasar, berhasil memesan makanan pakai bahasa Korea seadanya, atau ngobrol singkat sama orang lokal, itu yang paling membekas. Aku belajar banyak tentang fleksibilitas, kesabaran, dan kemampuan problem-solving.
Highlight & Pelajaran dari Solo Traveling Murah: Bukan Cuma Jalan-Jalan Biasa
Pengalaman solo traveling ke Korea ini ngasih banyak pelajaran berharga buatku. Ini bukan sekadar liburan, tapi perjalanan untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.
Apa yang Dipelajari tentang Diri Sendiri
Aku jadi tahu kalau aku itu sebenarnya punya nyali lebih besar dari yang aku kira. Aku bisa mandiri, bisa mengatasi ketakutan, dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku belajar bahwa keluar dari zona nyaman itu perlu, karena di situlah pertumbuhan terjadi. Aku juga jadi lebih menghargai setiap momen dan setiap interaksi, karena semuanya jadi bagian dari cerita petualangan.
Hal Menyenangkan dan Hal yang Menantang
- Menyenangkan: Ketemu teman baru dari berbagai negara di hostel, bisa ngobrol sama orang lokal, nyobain makanan-makanan baru, melihat pemandangan indah yang selama ini cuma ada di TV, dan yang paling penting: merasakan kebebasan mutlak buat nentuin mau kemana dan ngapain aja tanpa kompromi.
- Menantang: Kendala bahasa (walaupun banyak yang bisa bahasa Inggris, tapi nggak semua), tersesat di stasiun subway yang gede banget, homesick sedikit di awal, dan harus selalu waspada sama barang bawaan. Tapi justru tantangan-tantangan inilah yang bikin perjalananku jadi lebih berkesan dan bikin aku tumbuh.
Tips Penting Buat Pemula Agar Aman & Hemat
- Rencanakan tapi Fleksibel: Punya itinerary itu penting, tapi jangan kaku. Kadang ada hal tak terduga yang lebih menarik atau lebih hemat.
- Bawa Uang Tunai Secukupnya: Walaupun Korea serba cashless, tetap sedia uang tunai buat jajan street food atau naik bus yang nggak bisa pakai kartu.
- Pelajari Frasa Dasar Bahasa Lokal: Minimal “Anyeonghaseyo” (Halo), “Kamsahamnida” (Terima kasih), “Juseyo” (Tolong), “Eolmayeyo?” (Berapa harganya?). Ini bisa sangat membantu dan bikin orang lokal senang.
- Manfaatkan Google Maps & Google Translate: Ini penyelamat hidupku! Unduh peta offline dan kamus offline biar tetap bisa pakai kalau nggak ada internet.
- Jaga Kesehatan: Bawa obat-obatan pribadi, minum air yang cukup, dan jangan terlalu memaksakan diri. Liburan itu buat senang-senang, bukan buat sakit.
- Power Bank Wajib Ada: Ponsel adalah alat navigasi, kamera, dan komunikasi. Pastikan selalu ada daya!
- Jangan Takut Bertanya: Kalau bingung, jangan ragu bertanya. Orang Korea lumayan ramah kok kalau kita sopan.
- Pilih Hostel/Guesthouse: Ini pilihan paling hemat untuk penginapan.
- Manfaatkan Transportasi Umum: Jangan malas jalan kaki dan naik subway/bus.
- Makan di Minimarket/Street Food: Cara paling jitu untuk hemat pengeluaran makan.
Kesimpulan & Rekomendasi: Berani Coba, Kamu Pasti Bisa!
Apakah solo traveling murah ke luar negeri layak dicoba? Jawabanku: SANGAT LAYAK! Ini adalah pengalaman yang nggak bisa dibeli dengan uang. Kamu akan belajar banyak hal tentang diri sendiri, tentang dunia, dan tentang bagaimana rasanya menjadi benar-benar mandiri.
Siapa yang cocok mencoba pengalaman ini?
- Mahasiswa: Pastinya! Dengan budget terbatas, kita dituntut kreatif dan mandiri.
- Backpacker: Jelas ini surganya para backpacker.
- Siapapun yang ingin tantangan: Kalau kamu merasa stuck dan butuh refreshing jiwa, solo traveling bisa jadi jawabannya.
- Orang yang suka kebebasan: Nggak perlu nunggu orang lain, nggak perlu kompromi jadwal. Semua terserah kamu!
Pesan terakhirku buat teman-teman semua: Jangan tunda mimpimu! Kalau aku bisa, kalian juga pasti bisa. Kuncinya adalah persiapan yang matang, keberanian, dan kemauan untuk belajar dari setiap tantangan. Nggak perlu nunggu uang banyak banget, nggak perlu nunggu teman yang pas. Cukup dengan niat dan sedikit modal nekat, dunia itu ada di genggamanmu. Siapkan ranselmu, dan mulailah petualanganmu sendiri! Korea menanti!
FAQ Solo Traveling Hemat ke Luar Negeri
Q: Berapa budget minimal untuk solo traveling ke luar negeri seperti Korea?
A: Untuk perjalanan solo traveling ke Korea dengan budget hemat ala mahasiswa, kamu bisa mengalokasikan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta (di luar tiket pesawat pulang-pergi). Ini mencakup akomodasi hostel, makan di street food dan minimarket, transportasi umum, serta tiket masuk tempat wisata gratis/murah untuk sekitar 5-7 hari. Tentu saja, ini sangat tergantung gaya liburan dan berapa banyak yang ingin kamu belanjakan.
Q: Apakah aman traveling sendirian ke Korea Selatan?
A: Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara teraman di dunia. Tingkat kejahatan sangat rendah. Namun, seperti halnya di mana pun, kamu tetap perlu waspada dan mengikuti tips keamanan dasar, seperti tidak berjalan sendirian di tempat sepi pada malam hari, menjaga barang bawaan, dan tidak mudah percaya pada orang asing yang mencurigakan. Secara umum, Korea sangat ramah bagi solo traveler.
Q: Bagaimana cara mencari penginapan murah di Korea?
A: Penginapan murah bisa kamu temukan di hostel (terutama dorm room atau kamar asrama), guesthouse, atau terkadang Airbnb yang menawarkan kamar pribadi di rumah penduduk. Gunakan aplikasi seperti Booking.com, Agoda, atau Hostelworld. Prioritaskan hostel/guesthouse dengan rating tinggi (minimal 8.0) dan lokasi yang dekat dengan stasiun subway atau halte bus. Beberapa hostel juga menawarkan sarapan gratis atau fasilitas dapur umum yang bisa menghemat biaya makan.
Q: Apa destinasi luar negeri yang paling ramah untuk solo traveler pemula selain Korea?
A: Selain Korea Selatan, beberapa destinasi lain yang sangat ramah untuk solo traveler pemula dan relatif budget-friendly adalah:
- Singapura: Transportasi publik sangat efisien, aman, dan banyak tempat wisata gratis.
- Malaysia: Budaya yang mirip Indonesia, biaya hidup terjangkau, dan mudah diakses.
- Thailand (terutama Bangkok & Chiang Mai): Surga street food murah, banyak hostel, dan masyarakatnya ramah.
- Jepang: Meskipun biaya hidup sedikit lebih tinggi dari Korea, sistem transportasi sangat efisien, aman, dan banyak penginapan kapsul atau hostel yang terjangkau.